Kamis, 06 November 2014

Kromatografi Kolom pada Rimpang Temu Kunci


1.     LATAR BELAKANG
Tanaman temu kunci (Kaempheria pandurata Ridl) termasuk famili Zingiberaceae. Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri yaitu metilsinamat, kamper, sineol, dan terpena. Di samping minyak atsiri, temu kunci mengandung saponin dan flavonoid. Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk mengetahui banyaknya komponen contoh yang keluar melalui kolom. Pengisian kolom dilakukan dengan memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen senyawa kimia yang dapat terpisah dan kandungan senyawa aktifnya.

2.     ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan adalah simplisia (bahan kering) temu kunci serta bahan kimia yaitu toluen, alkohol, asam khlorida, metanol, etil asetat, heksan, butanol, dikhlorometan, khloroform, asam format, vanilin, asam sulfat, asam asetat, silica gel GF 254, dan silica gel for coluom 70-230 mesh.
Peralatan laboratorium yang digunakan adalah neraca, oven, muffel furnace, hot plate, rotary evaporator, chamber, tabung coloum, dan tabung reaksi ukuran 5 ml.

3.     METODE
Pengujian mutu bahan seperti kadar air dilakukan dengan metode aufhauser. Contoh yang telah dihaluskan 10 g dituangkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 300 ml toluen dan didestilasi. Air yang keluar dari bahan dapat dibaca pada skala aufhauser. Kadar minyak atsiri diukur dengan metode penyulingan uap dan air. Contoh yang telah dihaluskan 2 kg dimasukkan ke dalam tangki penyulingan yang telah diisi air, lalu dipanaskan. Uap akan mengalir melalui kondensor dan tetesan minyak ditampung dan diukur pada skala. Kadar sari yang terlarut dalam air dan alkohol, kadar abu dan abu tak larut dalam asam diukur dengan metode grafimetri. Untuk pemisahan komponen secara kromatografi lapis tipis (KLT), digunakan ekstrak kental heksan, etil asetat, dan butanol.
Untuk pembuatan ekstrak, simplisia temu kunci digiling kemudian dimasukkan ke dalam wadah piala dan ditambahkan metanol dengan perbandingan 1:5, lalu dikocok dengan pengaduk listrik selama 2 jam. Campuran didiamkan 24 jam, kemudian disaring. Filtratnya dievaporasi (diuapkan dengan rotavapor) hingga diperoleh ekstrak kental metanol. Ekstrak
kental metanol diekstrak kembali berturut-turut dengan menggunakan pereaksi heksan, etil asetat dan butanol sehingga diperoleh tiga macam ekstrak yang akan digunakan dalam pemisahan secara KLT. Pereaksi (eluen) yang digunakan untuk pemisahan komponen pada ekstrak rimpang temu kunci adalah (1) dikhlorometan : khloroform : etil asetat = 1 : 1 : 1, (2) toluen : etil asetat : etanol + asam format 3 tetes = 0,5 : 4 : 1, (3) dikhlorometan : etil asetat : khloroform + asam format 3 tetes = 1 : 4 : 1, (4) khloroform : etanol : asam asetat = 4 : 0,5 : 1,5, dan (5) heksan : etil asetat = 8,5 : 1,5. Bila telah diperoleh ekstrak dan pereaksi yang memberikan jumlah komponen terbanyak dan pemisahan yang jelas, maka ekstrak dan pereaksi tersebut digunakan untuk kromatografi kolom.
Untuk pengisian kolom, sebagai bahan pengisi bagian bawah kolom dimasukkan sedikit kapas, wol kaca dan pasir laut kemudian dimasukkan bubur silica gel 70-230 mesh sambil diaduk agar tidak terdapat rongga udara di tengahtengah kolom. Timbunan bubur silica gel dalam kolom mencapai tiga perempat tinggi kolom. Gambar 1 memperlihatkan kromatografi kolom untuk pemisahan komponen rimpang temu kunci.
Untuk pemisahan komponen dengan menggunakan kromatografi kolom, mula-mula ke dalam kromatografi kolom dialirkan ekstrak rimpang temu kunci, kemudian kran kromatografi kolom dibuka. Ekstrak akan meresap ke silica gel dalam kolom sampai batas atas silica gel. Setelah itu dimasukkan pereaksi terus-menerus sambil kran kolom dibuka. Fraksi yang terpisah ditampung dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml sampai seluruh ekstrak terpisahkan. Setiap fraksi dianalisis dengan KLT. Fraksi yang memiliki spot yang sama disatukan dan dianalisis kembali dengan KLT.


                                    
Gambar 1. Kromatografi kolom untuk pemisahan komponen rimpang temu kunci, laboratorium Balittro, Bogor, 2004

4.     HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisis mutu simplisia temu kunci diperoleh kadar sari yang terlarut dalam air 4,35%, lebih besar dibanding kadar sari yang terlarut dalam alkohol (2,24%). Hal ini menunjukkan simplisia temu kunci mudah larut dalam air. Kadar abu sangat kecil yaitu 0,41%, yang menunjukkan bahwa simplisia temu kunci sangat sedikit tercemar bahan asing seperti pasir.

Tabel 1. Hasil analisis mutu simplisia temu kunci, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
Parameter Pengujian
Kadar (%)
Kadar Air
11,11
Kadar Minyak Atsiri
1,00
Kadar Sari Larut dalam Air
4,35
Kadar Sari Larut dalam Alkohol
2,24
Kadar Abu
5,08
Kadar Abu Tak Larut Asam
0,41

Hasil pemisahan komponen dari ekstrak rimpang temu kunci yaitu dari ekstrak heksan, etil asetat, dan butanol secara KLT dengan menggunakan lima macam perbandingan
pereaksi disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Perbandinga lima macam eluen pemisahan komponen ekstrak rimpang temu kunci secara kromatografi lapis tipis, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
Eluen
Jumlah Komponen dari Ekstrak
Heksan
Etil Asetat
Butanol
Diklorometan : khloroform :  etil asetat = 1 : 1 : 1
1
1
1
Toluen : Etil asetat : asam format 3 tetes = 0,5 : 4 : 1
3
3
2
Diklorometan : etil asetat : khloroform+ asam format 3 tetes = 1 : 4 : 1
3
3
5
Khloroform : etanol : asam asetat = 4 : 0,5 : 1,5
5
1
1
Heksan : etil asetat = 8,5 :1,5
8
10
-

Hasil pengamatan dengan menggunakan lima macam eluen pada ekstrak rimpang temu kunci  menunjukkan ekstrak etil asetat dengan eluen heksan : etil asetat 8,5 : 1,5 menghasilkan komponen paling banyak yaitu 10 buah. Dengan demikian ekstrak etil asetat digunakan untuk pemisahan komponen secara kromatografi kolom dengan pereaksi campuran heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8,5 dan 1,5.
Pemisahan ekstrak rimpang temu kunci yang dimasukkan ke dalam kromatografi kolom menggunakan bahan dari ekstrak etil asetat 12,50 g. Dari proses pemisahan diperoleh 430 fraksi yang masing-masing ditampung dalam tabung reaksi 5 ml. Pembacaan komponen setiap fraksi dilakukan secara KLT. Setiap fraksi yang mempunyai jumlah komponen dan tinggi spot yang sama digabung sehingga diperoleh 10 fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom (Tabel 3)


Tabel 3. Jumlah komponen dari setiap fraksi hasil pemisahan secara kromatografi kolom, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
Fraksi
Banyaknya Komponen
Warna Larutan
Fraksi 1
2
Kuning kecoklatan
Fraksi 2
4
Kuning kemerahan
Fraksi 3
5
Kuning tua
Fraksi 4
4
Kuning coklat
Fraksi 5
3
Kuning coklat
Fraksi 6
4
Kuning kecoklatan
Fraksi 7
4
Kuning coklat
Fraksi 8
4
Kuning tua
Fraksi 9
3
Kuning
Fraksi 10
3
Kuning muda

Dari 10 fraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom, fraksi nomor 3 memberikan komponen terbanyak dengan pemisahan yang jelas.


10                     9              8              7              6              5                 4               3              2               1

Gambar 2. Jumlah komponen setiap fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
                                                                          
5.     Kesimpulan
    Pemisahan ekstrak etil asetat rimpang temu kunci secara kromatografi kolom menggunakan kromatografi kolom menggunakan larutan pereaksi heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8,5 : 1,5 memperoleh 10 fraksi yang mempunyai komponen terbanyak dengan tinggi spot yang sama. Komponen terbanyak dan pemisahan komponen yang jelas diperoleh pada fraksi nomor 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar