1. LATAR BELAKANG
Tanaman temu kunci (Kaempheria pandurata Ridl) termasuk
famili Zingiberaceae. Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri yaitu
metilsinamat, kamper, sineol, dan terpena. Di samping minyak atsiri, temu kunci
mengandung saponin dan flavonoid. Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk mengetahui banyaknya komponen contoh yang keluar melalui kolom. Pengisian kolom dilakukan dengan memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan mengendap. Pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan untuk mengetahui
komponen-komponen senyawa kimia yang dapat terpisah dan kandungan senyawa aktifnya.
2.
ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan adalah
simplisia (bahan kering) temu kunci serta bahan kimia yaitu toluen, alkohol,
asam khlorida, metanol, etil asetat, heksan, butanol, dikhlorometan,
khloroform, asam format, vanilin, asam sulfat, asam asetat, silica gel GF 254,
dan silica gel for coluom 70-230 mesh.
Peralatan laboratorium yang
digunakan adalah neraca, oven, muffel furnace, hot plate, rotary evaporator, chamber, tabung coloum, dan tabung
reaksi ukuran 5 ml.
3.
METODE
Pengujian mutu bahan seperti
kadar air dilakukan dengan metode aufhauser. Contoh yang telah dihaluskan 10 g
dituangkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 300 ml toluen dan
didestilasi. Air yang keluar dari bahan dapat dibaca pada skala aufhauser.
Kadar minyak atsiri diukur dengan metode penyulingan uap dan air. Contoh yang
telah dihaluskan 2 kg dimasukkan ke dalam tangki penyulingan yang telah diisi
air, lalu dipanaskan. Uap akan mengalir melalui kondensor dan tetesan minyak
ditampung dan diukur pada skala. Kadar sari yang terlarut dalam air dan
alkohol, kadar abu dan abu tak larut dalam asam diukur dengan metode
grafimetri. Untuk pemisahan komponen secara kromatografi lapis tipis (KLT),
digunakan ekstrak kental heksan, etil asetat, dan butanol.
Untuk pembuatan ekstrak, simplisia
temu kunci digiling kemudian dimasukkan ke dalam wadah piala dan ditambahkan
metanol dengan perbandingan 1:5, lalu dikocok dengan pengaduk listrik selama 2
jam. Campuran didiamkan 24 jam, kemudian disaring. Filtratnya dievaporasi
(diuapkan dengan rotavapor) hingga diperoleh ekstrak kental metanol. Ekstrak
kental metanol diekstrak
kembali berturut-turut dengan menggunakan pereaksi heksan, etil asetat dan
butanol sehingga diperoleh tiga macam ekstrak yang akan digunakan dalam
pemisahan secara KLT. Pereaksi (eluen) yang digunakan untuk pemisahan komponen
pada ekstrak rimpang temu kunci adalah (1) dikhlorometan : khloroform : etil
asetat = 1 : 1 : 1, (2) toluen : etil asetat : etanol + asam format 3 tetes =
0,5 : 4 : 1, (3) dikhlorometan : etil asetat : khloroform + asam format 3 tetes
= 1 : 4 : 1, (4) khloroform : etanol : asam asetat = 4 : 0,5 : 1,5, dan (5)
heksan : etil asetat = 8,5 : 1,5. Bila telah diperoleh ekstrak dan pereaksi
yang memberikan jumlah komponen terbanyak dan pemisahan yang jelas, maka
ekstrak dan pereaksi tersebut digunakan untuk kromatografi kolom.
Untuk pengisian kolom,
sebagai bahan pengisi bagian bawah kolom dimasukkan sedikit kapas, wol kaca dan
pasir laut kemudian dimasukkan bubur silica gel 70-230 mesh sambil diaduk
agar tidak terdapat rongga udara di tengahtengah kolom. Timbunan bubur silica gel dalam kolom mencapai tiga
perempat tinggi kolom. Gambar 1 memperlihatkan kromatografi kolom untuk
pemisahan komponen rimpang temu kunci.
Untuk pemisahan komponen
dengan menggunakan kromatografi kolom, mula-mula ke dalam kromatografi kolom
dialirkan ekstrak rimpang temu kunci, kemudian kran kromatografi kolom dibuka.
Ekstrak akan meresap ke silica gel dalam kolom sampai batas atas
silica gel. Setelah itu dimasukkan pereaksi terus-menerus sambil kran
kolom dibuka. Fraksi yang terpisah ditampung dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml
sampai seluruh ekstrak terpisahkan. Setiap fraksi dianalisis dengan KLT. Fraksi
yang memiliki spot yang sama disatukan dan dianalisis kembali dengan KLT.
Gambar 1. Kromatografi kolom untuk pemisahan
komponen rimpang temu kunci, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
4.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisis mutu
simplisia temu kunci diperoleh kadar sari yang terlarut dalam air 4,35%, lebih
besar dibanding kadar sari yang terlarut dalam alkohol (2,24%). Hal ini
menunjukkan simplisia temu kunci mudah larut dalam air. Kadar abu sangat kecil
yaitu 0,41%, yang menunjukkan bahwa simplisia temu kunci sangat sedikit
tercemar bahan asing seperti pasir.
Tabel
1. Hasil analisis mutu simplisia temu kunci, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
Parameter Pengujian
|
Kadar (%)
|
Kadar Air
|
11,11
|
Kadar Minyak Atsiri
|
1,00
|
Kadar Sari Larut dalam Air
|
4,35
|
Kadar Sari Larut dalam
Alkohol
|
2,24
|
Kadar Abu
|
5,08
|
Kadar Abu Tak Larut Asam
|
0,41
|
Hasil pemisahan komponen dari
ekstrak rimpang temu kunci yaitu dari ekstrak heksan, etil asetat, dan butanol
secara KLT dengan menggunakan lima macam perbandingan
pereaksi disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel
2. Perbandinga lima macam eluen pemisahan komponen ekstrak rimpang temu kunci
secara kromatografi lapis tipis, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
Eluen
|
Jumlah Komponen dari Ekstrak
|
||
Heksan
|
Etil Asetat
|
Butanol
|
|
Diklorometan : khloroform
: etil asetat = 1 : 1 : 1
|
1
|
1
|
1
|
Toluen : Etil asetat : asam
format 3 tetes = 0,5 : 4 : 1
|
3
|
3
|
2
|
Diklorometan : etil asetat
: khloroform+ asam format 3 tetes = 1 : 4 : 1
|
3
|
3
|
5
|
Khloroform : etanol : asam
asetat = 4 : 0,5 : 1,5
|
5
|
1
|
1
|
Heksan : etil asetat = 8,5
:1,5
|
8
|
10
|
-
|
Hasil pengamatan dengan
menggunakan lima macam eluen pada ekstrak rimpang temu kunci menunjukkan ekstrak etil asetat dengan eluen
heksan : etil asetat 8,5 : 1,5 menghasilkan komponen paling banyak yaitu 10
buah. Dengan demikian ekstrak etil asetat digunakan untuk pemisahan komponen
secara kromatografi kolom dengan pereaksi campuran heksan dan etil asetat
dengan perbandingan 8,5 dan 1,5.
Pemisahan ekstrak rimpang
temu kunci yang dimasukkan ke dalam kromatografi kolom menggunakan bahan dari
ekstrak etil asetat 12,50 g. Dari proses pemisahan diperoleh 430 fraksi yang
masing-masing ditampung dalam tabung reaksi 5 ml. Pembacaan komponen setiap
fraksi dilakukan secara KLT. Setiap fraksi yang mempunyai jumlah komponen dan
tinggi spot yang sama digabung sehingga diperoleh 10 fraksi hasil pemisahan
secara kromatografi kolom (Tabel 3)
Tabel
3. Jumlah komponen dari setiap fraksi hasil pemisahan secara kromatografi
kolom, laboratorium Balittro, Bogor, 2004
Fraksi
|
Banyaknya Komponen
|
Warna Larutan
|
Fraksi 1
|
2
|
Kuning kecoklatan
|
Fraksi 2
|
4
|
Kuning kemerahan
|
Fraksi 3
|
5
|
Kuning tua
|
Fraksi 4
|
4
|
Kuning coklat
|
Fraksi 5
|
3
|
Kuning coklat
|
Fraksi 6
|
4
|
Kuning kecoklatan
|
Fraksi 7
|
4
|
Kuning coklat
|
Fraksi 8
|
4
|
Kuning tua
|
Fraksi 9
|
3
|
Kuning
|
Fraksi 10
|
3
|
Kuning muda
|
Dari 10 fraksi hasil
pemisahan dengan kromatografi kolom, fraksi nomor 3 memberikan komponen
terbanyak dengan pemisahan yang jelas.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
|
Gambar
2. Jumlah komponen setiap fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom,
laboratorium Balittro, Bogor, 2004
5.
Kesimpulan
Pemisahan
ekstrak etil asetat rimpang temu kunci secara kromatografi kolom menggunakan
kromatografi kolom menggunakan larutan pereaksi heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 8,5 : 1,5 memperoleh 10 fraksi yang mempunyai komponen terbanyak
dengan tinggi spot yang sama. Komponen terbanyak dan pemisahan komponen yang
jelas diperoleh pada fraksi nomor 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar