LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK
PERCOBAAN II
”EKSTRAKSI PELARUT”
OLEH
:
NAMA :
IRMA SURIANTI
STAMBUK :
A1C4 11 024
KELOMPOK :
III A
ASISTEN :
LA ODE HARIMIN
HARI/TANGGAL : KAMIS, 13 JUNI
2013
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka dalam ilmu kimia dikembangkan suatu metode
pemisahan yang sangat sederhana dan praktis tanpa memerlukan alat-alat yang
canggih dan modern. Proses ekstraksi ini biasa disebut dengan ekstraksi pelarut
atau penyarian. Penyarian
merupakan proses pemisahan dimana suatu zat terbagi dalam dua pelarut yang
tidak bercampur. Ekstraksi
merupakan suatu proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya
dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran.
Pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan
melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like dissolve like”.
Secara umum, ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat terlarut dari
larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur
dengan air (fasa air).
Dalam ekstraksi, dikenal istilah Koefisien
Distrbusi koefisien partisi yang merupakan tetapan keseimbangan
yang merupakan kelarutan relatif dari
suatu senyawa larut dalam dua pelarut yang tidak bercampur yang nilai sama
dengan satu. Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi cair-cair merupakan
metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan
ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Ekstraksi pelarut umumnya
digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan
gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs
pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Penyarian senyawa
tunggal dari satu pelarut ke pelarut lainnya merupakan hal yang mudah. Kegunaan
yang besar dari penyarian adalah kemungkinan pemisahan dua senyawa atau lebih
berdasarkan perbedaan koefisien distribusinya. Jika suatu senyawa terlarut
mempunyai koefisien distribusinya mendekati satu, penyarian sekali akan
menghasilkan pemisahan hampir sempurna.
Dengan adanya ekstraksi pelarut atau
penyarian ini maka kita akan mencoba untuk mempelajari bagaimana proses dari
ekstraksi ini khususnya ekstrasi cair-cair dan mencoba untuk menemukan sendiri
kekurangan dan kelebihan dari masing –masing ekstraksi yang telah ada.
Berdasarkan teori-teori yang ada, maka kami melakukan percobaan Ekstraksi
Pelarut untuk membuktikan teori-teori tersebut.
B.
Tujuan
Percobaan
Setelah mengikuti
praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
1. Dapat
melakukan pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut
2. Dapat
menentukan tetapan distribusi (kd) asam asetat dalam sistem organik-air.
C.
Prinsip
Percobaan
Prinsip percobaan ini
adalah Pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan dimana adanya distribusi zat
terlarut dalam 2 pelarut (solvent) yang tidak saling bercampur. like dissolve
like (senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, senyawa non polar akan
mudah larut dalam pelarut non polar).
BAB
II
TEORI
PENDUKUNG
Ekstraksi adalah
proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua
cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Proses
ekstraksi dapat berlangsung pada ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan
nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini merupakan proses yang umum digunakan
dalam skala laboratorium maupun skala industri. Kemampuan tidak saling
bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama pada ekstraksi
cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan
mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran atau pemisahan dengan gaya berat
(Anonim, 2013).
Ektraksi cairan-cairan merupakan
sutu teknik dalam mana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan
dalam satu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakekatnya tak tercampurkan
dengan yang disebut pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut yang kedua itu. Pemisahan yang dapat
dilakukan, bersifat sederhana, bersih, cepat, dan mudah. Dalam banyak kasus,
pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam sebuah corong pemisah
selama beberapa menit. Teknik ini sama
dengan ditetapkan untuik bahan-bahan dari tingkat runutan maupan yang dalam
jumlah-jumlah banyak. Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan dalam dua
fase tak tercampurkan a dan b, hukuj distribusi (atau partisi) Nerst menyatakan
bahwa, asala keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperarur adalah
konsta :
di mana KD adalah sebuah tetapan, yang
dikenal sebgai koefisien distribusi atau
koefisien partisi (Basset dkk, 1994).
Ekstraksi pelarut atau biasa
dikenal dengan penyarian, merupakan suatu proses pemisahan dimana suatu zat
terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Penyarian merupakan
pemisahan dimana suatu zat terdistribusi kedalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur. Kegunaan besar dari penyarian ini adalah kemungkinan untuk pemisahan
dua senyawa atau lebih berdasarkan perbedaan perbedaan koefisien distribusi (KD).
Menurut Walter Nerst, hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak
mengalami perubahan pada kedua pelarut . Bila zat terlarut tidak mengalamii
disosiasi, asosiasi atau tidak bereaksi dengan zat pelarut, amka dapt dihitung
berapa zat terlarut yang dapat diekstasi dalam ekstraksi pelarut (Rudi, 2013).
Ketika suatu senyawa (atau zat
terlarut) ditambahakan ke dalam pelarut yang saling tidak bercampur, zat
terlarut tersebut mendistribusikan dirinya sendiri diantara kedua pelarut
berdasarkan afinitasnya pada masing-masing fase. Senyawa polar (misanya gula, asam amino, atau obat-obat
terion) akan cenderung meyukai fase berair atau fase polar, sedangkan
senyawa-senyawa nonpolar (misalnya obat-obat yang tidak terion), kan menyukai
fase organik atu nonpolar. Senyawa yang ditambahkan akan mendistrisikan dirinya
sendiri diantara kedua pelarut yang tidak bercampur bersarkan hukum partisi,
yang menyatakan bahwa "senywa tertentu pada susu tertentu, akan akan
memisahkan dirinya sendiri diantara dua pelarut yang saling tidak bercampur
pada perbandingan konsentrasi yang tetap". perbandingan yang tetap ini
dikenal dengan koefisien partsi yang secara matematis
, dimana p
adalah koefisen partisi; [organuk] adalah konsentrasi senywa dalam fase organik
atau fase minyak; dan [air] adalah konsentrasi dalam fase air (Cairns, 2004).
Pelarut
organik sebagian besar mempunyai berat jenis dan kekentalan tinggi, maka
menyebabkan sukarnya proses pemindahan solut dari fasa air ke fasa organik.
Untuk mempermudah proses tersebut kekentalan fasa organik harus diturunkan
dengan cara menambahkan pengencer organik. Salah satu pengencer organik yang
sering digunakan adalah kerosin (Suyanti, 2008).
Prosedur ekstraksi pelarut
memberikan metode-metode sederhana untuk memisahkan anlit tersebut dari
eksipien dalam formulasi. metode analitik yang diterapkan pada analit yang
terisolasi dapat berupa, misalnya gravimetri, volumetri, spektrofotometri, atau
kromatografi. Dalam banyak kasus di industri farmasi, kromatografi adalah
metode pilihan. metode ekstraksi yang yang diadopsi ditentukan berdasarkan
kebutuhan untuk menghilangkan eksipien dan berdasarkan sifat analit tersebut (Waston,
2007).
Parameter penting
dalam ekstraksi cair-cair meliputi : koefisien distribusi, selektivitas solven, dan perbandingan solven / umpan. Ekstraksi menggunakan solven konvensional seperti
alkohol, eter, dan keton adalah tidak efisien apabila diterapkan pada larutan
yang kadar asam karboksilatnya rendahseperti asam sitrat dan oksalat)
karena memberikan koefisien
distribusiyang kecil (Jos, 2005). Disamping itu solven tersebut (terutama
alkohol) mempunyai kelarutan yang cukup besar
dalam air sehingga kurang cocok bila dipakai sebagai ekstraktan dalam pengolahan limbah cair. Senyawa amine terutama amine tersier lebih cocok dipakai sebagai
extracting power untuk pengikat
asam-asam karboksilat karena dapat membentuk formasi asam-amin kompleks
sehingga dapat meningkatkan harga koefisien distribusi (Kasmiyatun, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Dan Bahan
1.
Alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah :
No.
|
Nama alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1.
|
Corong pisah
|
50 Ml
|
2
|
2.
|
Erlenmeyer
|
250 mL
|
2
|
3.
|
Gelas ukur
|
50 mL
|
1
|
4.
|
Pipet volume
|
25 mL
|
1
|
5.
|
Pipet tetes
|
|
3
|
6.
|
Buret
|
50 mL
|
1
|
7.
|
Labu takar
|
100 mL
|
1
|
8.
|
Corong
|
|
1
|
9.
|
Botol semprot
|
|
1
|
10.
|
Statif dan Klem
|
|
1
|
11.
|
Filler
|
|
1
|
2.
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a.
Asam
asetat glasial 18 M
b.
NaOH
1 M
c.
Indikator
PP
d.
Dietil
eter
e. Aquadest
B. Prosedur Kerja
2.
Ekstraksi
asam asetat dengan pelarut organik dan penentuan kosentrasi asam asetat sisa. #Untuk 1 x ekstraksi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data pengamatan
1. Penentuan
konsentrasi Asam Asetat total
No.
|
PERLAKUAN
|
KESIMPULAN
|
1.
2.
2.
|
20 mL asam asetat diencerkan dalam
Erlenmeyer
Dititrasi dengan larutan standar 1 N dan
indicator PP
|
Berwarna bening
Setelah diekstraksi, perubahan warna
dari bening menjadi merah muda
|
2. Ekstraksi Asam Asetat dengan
Pelarut Organik dan Penentuan
Konsentrasi Asam Asetat Sisa
· Untuk
1
Ekstraksi
No.
|
PERLAKUAN
|
KESIMPULAN
|
1.
|
20 mL asam asetat dimasukkan ke dalam
corong pisah
|
Berwarna bening
|
2.
|
Ditambahkan 20 mL pelarut organic
(dietil eter) lalu dikocok dan didiamkan
|
Terbentuk 2 lapisan
Atas: CH3COOH
Bawah: dietil eter
|
3.
|
Dipisahkan kemudian diencerkan hingga
100 mL dan dititrasi dengan larutan standar NaOH 1 N dan indicator PP
|
Berwarna merah muda
|
·
Untuk 2
Ekstraksi
dengan volume yang sama
No.
|
PERLAKUAN
|
KESIMPULAN
|
1.
|
20 mL asam asetat dimasukkan ke dalam tabung corong pisah
|
Berwarna bening
|
2.
|
Ditambahkan 20 mL dietil eter lalu dikocok dan didiamkan
|
Terbentuk dua lapisan
|
3.
|
Lapisan air dipisahkan dan dimasukkan ke dalam corong pisah kedua lalu
dikocok dan didiamkan
|
|
4.
|
Lapisan air dipisahkan kemudian diencerkan hingga 100 mL dan dititrasi
dengan larutan standar NaOH 1 N dan Indikator PP
|
Larutan berwarna merah muda
|
B.
Perhitungan
1. Penentuan
kosentrasi asam asetat total
V NaOH =
20 mL
V asam asetat =
20 mL
V x N asam asetat =
V x N NaOH
20 mL x N = 20 mL x 1 M
N asam asetat = 1 M
Massa CH3COOH = mol
x Mr CH3COOH
=
(M x V) x Mr CH3COOH
=
(1 x 20) x Mr CH3COOH
=
20 x 60
= 1200 mg = 1,2 gram
2. Ekstraksi
asam asetat dengan pelarut organic dalam penentuan konsentrasi asam asetat
·
Untuk 1 x ekstraksi
V CH3COOH = 100 mL =
0,1 L
V NaOH =
13,7 mL = 0,0137 L
C NaOH =
1 N
(V x N) asam asetat = (V x N) NaOH
0,1 L x N =
0,0137 L x 1 N
N =
[CH3COOH]air = 0,137 N
[CH3COOH]organic = [CH3COOH]total
– [CH3COOH]air
= (1-0,137) N
= 0,863 N
Massa
CH3COOH dalam air = mol x Mr CH3COOH
= M x V x Mr CH3COOH
= 0, 137 x 0,02 x 100
= 0,1644 gram
Massa
CH3COOH dalam dietil eter = m CH3COOH – m CH3COOH
dlm air
= 1,2 gram – 0,1644 gram
= 1,0356 gram
·
Untuk 2x ekstraksi
V NaOH =
13,4 mL = 0,0134 L
[CH3COOH]air =
=
[CH3COOH]org = [CH3COOH]total
– [CH3COOH]air
= 1- 0,134
= 0,866 N
Massa
CH3COOH dalam air = mol x Mr
CH3COOH
=
M x v x Mr CH3COOH
=
0,134 x 0,02 x 60
0,1608
gram
Massa
CH3COOH dalam dietil eter = m CH3COOH – mCH3COOH
dlm air
= 1,03561 gram – 0,1608 gram
= 0,1608 gram
3. Penentuan
Koefisien Distribusi (KD)
·
Untuk 1x ekstraksi
KD =
=
=
0,15
·
Untuk 2x ekstraksi
KD =
=
= 0,22
C.
Reaksi-Reaksi
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
D.
Pembahasan
Ekstraksi
merupakan suatu proses pemisahan zat berdasarkan pada perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan
tidak saling larut yang berbeda jenisnya. Misalnya air dan yang lainnya pelarut organik. Proses ekstraksi dapat berlangsung pada ekstraksi
cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini
merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala
industri. Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut
tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua
fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran atau pemisahan
dengan gaya berat.
Senyawa
organik lebih larut dalam pelarut air dibandingkan dalam pelarut organic
(koefisien distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa
dengan koefisien campuran rendah antara pelarut organik dan air biasanya
memerlukan pelarut organik dalam jumlah yang banyak. Penggunaan pelarut yang
besar ini bisa diatasi dengan ekstraksi kontinyu dimana hanya sebagian kecil
volume pelarut yang dibutuhkan.
Pada proses ekstraksi dimulai dari
penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut
sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dengan pelarut terjadi
pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur
dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan
melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam
bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan
dengan larutan di luar bahan.Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut
yang mempunyai daya melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya
melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran
senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut
dalam pelarut polar dan sebaliknya.
Dalam
pemilihan jenis pelarut, harus diperhatikan faktor-faktor diantaranya harga
konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta
distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya, kelarutan pelarut organik
rendah dalam air, viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air, tidak
mudah terbakar dan tidak bersifat racun serta mudah melepas kembali gugs yang
terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut. Ekstraksi bertahap
cukup dilakukan dengan corong pisah. Campuran dua pelarut dimasukkan dengan corong
pemisah, lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan atas.
Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi
berlangsung, mengingat bahwa proses ekstraksi merupakan proses kesetimbangan
maka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat dilakukan setelah kedua jenis
pelarut dalam keadaan diam. Lapisan yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari
corong dengan jalan membuka kran corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan
atas ikut mengalir keluar. Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan
lebih dari satu kali.
Pada praktikum ini dapat diamati bahwa pelarut organik seperti
dietil eter dan air tidak saling
bercampur. Dietil eter bersifat non polar sedangkan air bersifat
polar sehingga antara keduanya tidak saling bercampur. Hal ini didasarkan atas suatu asas bahwa suatu senyawa polar akan larut pada
pelarut nonpolar sedangkan senyawa polar akan larut pada pelarut nonpolar
atau sering disebut dengan istilah like
dissolved like.
Pada ekstraksi asam asetat dalam pelarut organik (C2H5OC2H5) untuk 1 kali ekstraksi, setelah terjadi kesetimbangan heterogen dalam
corong pisah yakni pembagian spesies pelarut antara dua fase, maka pelarut air
dalam corong pisah dipisahkan dari pelarut organiknya, lalu diencerkan dengan
100 ml H2O. Untuk mengetahui seberapa besar asam asetat yang terdistribusi dalam kedua
pelarut ini, maka perlu dilakukan titrasi lapisan airnya dengan menggunakan
NaOH 1 M.
Konsentrasi
asam asetat yang diperlukan berbeda dengan konsentrasi asam asetat awal yang
menunjukkan bahwa dalam asetat terjadi penambahan pelarut air sehingga
menurunkan konsentrasi yang terbentuk. Dengan perbedaan tersebut, maka dapat
ditentukan mol asam asetat yang terdistribusi dalam C2H5OC2H5
dengan mencari selisih mol asam
asetat awal dengan mol asam asetat dalam H2O. Dari hasil
perhitungan, diperoleh KD asam asetat yang dilakukan dengan 1 kali
ekstraksi adalah 0,15.
Ekstraksi asam asetat dalam pelarut organik untuk
2 kali ekstraksi. Dengan menggunakan perlakuan pada 1x ekstraksi
volume pelarut yang digunakan harus dibagi dua agar dapat diulangi dua
kali. 10 ml larutan organik yang disisa akan ditambahkan kembali setelah
ekstraksi 1x. Dan dari hasil perlakuan ini diperoleh konsentrasi asam asetat
dalam C2H5OC2H5 sebesar 0,866 M sedangkan yang
terdistribusi dalam pelarut H2O sebesar 0,134M sehingga dari
perhitungan diperoleh nilai koefisien ditribusinya (KD) untuk 2 kali
ekstraksi adalah 0,56.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, hasil pengamatan yang diperoleh bahwa dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Senyawa
yang berwujud cair dapat terpisahkan menggunakan cara ekstraksi pelarut dengan
sistem organik-air.
2. Adapun
nilai koefisien distribusi (Kd) untuk 1x ekstraksi sebesar 0,15 dan 2x ektraksi
sebesar 0,22.
DAFTAR
PUSTAKA
Bassett, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kunatitatif
Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Cairns, Donald. 2004. Intisari
Kimia Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Kasmiyatun, Mega. 2010. Ekstraksi Asam Sitrat Dan Asam Oksalat Pengaruh Konsentrasi Solut Terhadap Koefisien Distribusi.
Universitas Tangerang. Semarang.
Rudi. 2012. Buku
Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Suyanti, dkk. 2008. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Asam
Di-2-Etil Heksil Fosfat. Seminar Nasiona IV SDM Teknologi Nuklir.
Yogyakarta.
Watson, David G. 2007. Analisis Farmasi edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar